JURNAL PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM”
JURNAL PRAKTIKUM
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM”
DI SUSUN OLEH :
SRI OKTIKA DHIJAH GULTOM
(A1C118085)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
I. Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II. Hari, tanggal : 29 April 2020
III. Tujuan :
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Dapat memahami teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom․
2. Dapat terampil membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi․
3. Dapat memahami dalam memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom․
4. Dapat memahami dalam memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom․
IV. Landasan Teori
Kromatografi merupakan suatu cara untuk pemisahan campuran menjadi komponen lain berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang dipakai antara lain kolom yang didalamnya diisi stasioner(solid dan liquid). Campuran akan ditambakan kolom berasal dari ujung yang nantinya akan bergerak dengan adanya bantuan dari pengemban yang tepat(fasa mobil). Dimana dengan memisahkannya akan dicapai dari perbedaan laju komponennya yang ditentukan pada kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa diam dan fasa mobil. Dalam teknik kromatografi, zat terlarut dipisahkan sepanjang kolom (sepertyi kromatografi lapis tipis, ekuivalen fisik kolom) dan pemissahan memiliki laju perpindahan yang berbeda untuk setiap larutan (Svehla, 2011).
Segala ukuran dapat digunakan yang menjadi pertimbangannya adalah kapasitas yang memadai untuk sampel dalam melampaui fasa diamnya. Hal ini merupakan suatu aturan umum bahwa panjang kolom setidaknya sepuluh kjali ukuran diameternya. Suatu adsorben seperti alumina atau resin pertukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi ke fasa gerak dan dibiarkan dalam hamparan basah dengan sedikit cairan pada permukaan ( Gritter, 2009).
Menurut Gunawan(2013) Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan teknik dengan sifat fisiknya dan molekul-molekul. Sifat pokok yang dimilikinya ialah :
1. Molekul cenderung melekat pada permukan serbuk halus (adsorpsi penyerapan)
2. Molekul cenderung melarut
3. Molekul cenderung menguap dan berubah menjadi uap
Jika kemurnian suatu pelarut, suhu, dan penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga maka harga Rf akan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Keenan, 2007).
Menurut Rismayanti (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yakni :
1. Adanya ion lain
Contohnya adanya klorida dalam pemisahan dengan larutan netral saat percobaan
2. Keasaman larutan
Contohnya dikarenakan kebutuhan akan asam dalam pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk mencegah hidrolisis garam
3. Waktu untuk melakukan praktikum pada sepotong kertas
Terkadang harga Rf mengikat dengan bertambahnya waktu dan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut
4. Adanya kation-kation
5. Adanya konsentrasi
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
1. Pelat kaca kecil
2. Kertas saring atau kain kering
3. Oven pemanggang
4. Kaca besar
5. Pita selatip
6. Gelas piala bertutup
7. Gelas piala 100 ml
8. Kertas saring
9. Cawa petri
10. Tabung pereaksi
11. Pipa gelas kapiler
12. Plat TLC
13. Bejana pengembang
14. Gelas piala
15. Lumpang
16. Pipet tetes
5.2 Bahan
1. Air
2. Metanol
3. Suspensi silika gel
4. Asam aseton
5. Eter
6. Benzena
7. Tablet yang mengandung kafein
8. Kristal iod
9. Petraleum eter
10. Suspensi selulola
11. Contoh daun
12. Kristal Na-Sulfat anhidrat
13. Suspensi kalsium karbonat
14. Sukrosa
15. Suspensi aseton
VI. Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
6.1.1 Penyiapan Pelat
1. Dibersihkan pelat kaca kecil dengan air, lalu dengan methanol, dilap dengan kertas atau kain kering,
2. Dikeringkan dalam oven pengering
3. Disusun sebanyak 5 pelat di atas sebuah kaca besar, kemudian direkatkan kedua sisi deretan pelat kecil tadi dengan pita selotip
4. Disiapkan suspense silica gel (bubur silica/slurry) dengan mencampurkan 5 gr bahan dan 10 ml methanol atau air suling dalam gelas piala bertutup.
5. Disebarkan suspense diata pelat dan ratakan suspense keseluruhan permukaan kaca dengan bantuan batang pengaduk. Sedapat-dapatnya hanya satu gerakan dalam menyebarkan suspense diatas pelat, agar diperoleh tebal yang rata.
6. Dikeringkan pelat dalam oven 120ºC sekitar 10 menit.
6.1.2 Penyiapan Bejana
1. Dibuatlah larutan pengembang dengan komposisi methanol : asam asetat : eter : benzene (0,10 : 1 : 3 : 5,9) ml dalam gelas piala berukuran 100 ml
2. Dilapisi dinding dalam gelas piala dengan kertas saring
3. Ditutup gelas piala tersebut dengan cawan petri agar lingkungan dalam bejana jenuh dengan pelarut pengembang.
6.1.3 Penyiapan Contoh
1. Digeruslsh dua buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksilah dengan 5 ml metannol
2. Diletakkan larutan 50 mg kafein standar dalam 1 ml methanol dalam sebuah tabung reaksi kecil.
3. Cairan ekstrak obat maupun larutan zat autentik masing-masing diamoli dengan menggunakan pipa gelas kapiler, lalu dibubuhkan(totolkan) diatas pelat TLC kecil dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan 1 cm dari tepi pelat kaca(lihat gambar).
4. Dikeringkan noda sampel dan standar dengan dryer(ditiup), lalu bubuhkan lagi sampai 3-5 kali dengan setiap kali dikeringkan. Diusahakan membentuk noda pekat yang kecil.
6.1.4 Pengembangan
1. Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang, dijaga agar jangan noda senyawa tidak terendam dalam larutan pengembang.
2. Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis dapat pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas pelat.
3. Diangkat pelat dari bejana, ditandai garis depan pelarut dengan pensil lunak, lalu keringkan.
4. Dimasukkan pelat kedalam gelas piala berukuran 250 ml yang berisi butiran Kristal iod, dan
5. Ditunggu sampai pelat menampakkan noda.
6. Diangkat pelat dan ditandai segera lingkaran noda dengan pensil
7. Dihitung dan dibandingkan semua Rf yang diperoleh
6.2 Kromatografi Kolom
6.2.1 Penyiapan Sampel
1. 10 lembar daun dilumatkan dengan lumpang dan
2. Direndam selama 1 jam dengan campuran 90 ml petroleum eter (td 60-90ºC), 10 ml benzene dan 30 ml methanol.
3. Disaring lalu diekstraksi dengan air 4 kali 50 ml.
4. Dipisahkan lapisan organic
5. Dikeringkan lapisan ini dengan Kristal Na-sulfat anhidrat.
6. Disaring lagi.
7. Dipekatkan lapisan organic dengan bantuan rotavor sampai volume cairan tinggal beberapa milliliter.
6.2.2 Penyiapan Kolom
1. Disiapkan kolom kromatografi dengan sebuah pipet tetes sambil menunggu rendapan daun
2. Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
3. Dimasukkan suspense selulosa(dibuat dari 0,5 gr selulosa dalam 10 ml pelarut petrolium eter(PE)). Sehingga timbunan selulosa dalam kolom mencapai 3-4 cm.
4. Dimasukkan suspense kalsium karbonat (1 gr CaCO3 dalam 10 ml PE), juga setinggi 3-4 cm.
5. Dimasukkan suspense sukrosa ( 2gr sukrosa dalam 10 ml PE) membentuk ketinggian 3-4 cm. Selama pengemasan kolom. Pelarut harus terus-menerus diberikan, jangan sampai timbunan penjemp menjadi kering dan udara masuk.
6. Diletakkan guntingan kertas saring diantara dan diatas timbunan penjerap untuk menjaga agar permukaannya tidak terganggu oleh aliran atau sampael yang akan dimasukkan(lihat gambar)
6.2.3 Kromatografi
1. Setelah permukaan pelarut turun mendekati penjerap, dimasukkan larutan sampel setinggi 1 cm.
2. Jika permukaan sampel telah mendekati permukaan penjerap, segera bilas bagian dalam kolom dengan pelarut campuran PE;aseton (6:1)
3. Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
4. Pemisahan terjadi terlihat dari sejumblah pita berwarna.
5. Pita oranye bergerak paling cepat, disusul pita hijau, pita kuning dan hijau. Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dapat dipisahkan berdasarkan warnanya.
6. Dihentikan pemberian pelarut bila semua warna telah keluar dari kolom. Apabila pemisahan berlangsung baik, akan tampak pita hijau dari klorofil b pada sukrosa, klorofil a berwarna hijau biru pada sukrosa atau CaCO3. Pita kuning dari xantofil pada CaCO3 dan pita jingga dari karoten pada selulosa.
1. Bagaimana cara mengendalikan harga Rf agar konstan dan apa faktor yang mempengaruhinya?
2. mengapa penuangan eluen dilakukan secara berurutan mulai dr non polar hingga polar
3. Pada vidio, chumber yang digunakan ukurannya berbeda-beda tiap pengujian. Bagaimana pengaruhnya terhadap percobaan tersebut?
DI SUSUN OLEH :
SRI OKTIKA DHIJAH GULTOM
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
SRI OKTIKA DHIJAH GULTOM
(A1C118085)
DOSEN PENGAMPU :Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
I. Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom
II. Hari, tanggal : 29 April 2020
III. Tujuan :
Adapun tujuan praktikum ini adalah :
1. Dapat memahami teknik-teknik dasar kromatografi lapis tipis dan kolom․
2. Dapat terampil membuat pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi․
3. Dapat memahami dalam memisahkan suatu senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya dengan kolom․
4. Dapat memahami dalam memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom․
IV. Landasan Teori
Kromatografi merupakan suatu cara untuk pemisahan campuran menjadi komponen lain berdasarkan perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang dipakai antara lain kolom yang didalamnya diisi stasioner(solid dan liquid). Campuran akan ditambakan kolom berasal dari ujung yang nantinya akan bergerak dengan adanya bantuan dari pengemban yang tepat(fasa mobil). Dimana dengan memisahkannya akan dicapai dari perbedaan laju komponennya yang ditentukan pada kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa diam dan fasa mobil. Dalam teknik kromatografi, zat terlarut dipisahkan sepanjang kolom (sepertyi kromatografi lapis tipis, ekuivalen fisik kolom) dan pemissahan memiliki laju perpindahan yang berbeda untuk setiap larutan (Svehla, 2011).
Segala ukuran dapat digunakan yang menjadi pertimbangannya adalah kapasitas yang memadai untuk sampel dalam melampaui fasa diamnya. Hal ini merupakan suatu aturan umum bahwa panjang kolom setidaknya sepuluh kjali ukuran diameternya. Suatu adsorben seperti alumina atau resin pertukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi ke fasa gerak dan dibiarkan dalam hamparan basah dengan sedikit cairan pada permukaan ( Gritter, 2009).
Menurut Gunawan(2013) Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan teknik dengan sifat fisiknya dan molekul-molekul. Sifat pokok yang dimilikinya ialah :
1. Molekul cenderung melekat pada permukan serbuk halus (adsorpsi penyerapan)
2. Molekul cenderung melarut
3. Molekul cenderung menguap dan berubah menjadi uap
Jika kemurnian suatu pelarut, suhu, dan penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga maka harga Rf akan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Keenan, 2007).
Menurut Rismayanti (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yakni :
1. Adanya ion lain
Contohnya adanya klorida dalam pemisahan dengan larutan netral saat percobaan
2. Keasaman larutan
Contohnya dikarenakan kebutuhan akan asam dalam pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk mencegah hidrolisis garam
3. Waktu untuk melakukan praktikum pada sepotong kertas
Terkadang harga Rf mengikat dengan bertambahnya waktu dan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut
4. Adanya kation-kation
5. Adanya konsentrasi
Segala ukuran dapat digunakan yang menjadi pertimbangannya adalah kapasitas yang memadai untuk sampel dalam melampaui fasa diamnya. Hal ini merupakan suatu aturan umum bahwa panjang kolom setidaknya sepuluh kjali ukuran diameternya. Suatu adsorben seperti alumina atau resin pertukar ion, dimasukkan dalam bentuk suspensi ke fasa gerak dan dibiarkan dalam hamparan basah dengan sedikit cairan pada permukaan ( Gritter, 2009).
Menurut Gunawan(2013) Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan teknik dengan sifat fisiknya dan molekul-molekul. Sifat pokok yang dimilikinya ialah :
1. Molekul cenderung melekat pada permukan serbuk halus (adsorpsi penyerapan)
2. Molekul cenderung melarut
3. Molekul cenderung menguap dan berubah menjadi uap
Menurut Rismayanti (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yakni :
1. Adanya ion lain
Contohnya adanya klorida dalam pemisahan dengan larutan netral saat percobaan
2. Keasaman larutan
Contohnya dikarenakan kebutuhan akan asam dalam pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk mencegah hidrolisis garam
3. Waktu untuk melakukan praktikum pada sepotong kertas
Terkadang harga Rf mengikat dengan bertambahnya waktu dan berkurangnya laju gerak garis depan pelarut
4. Adanya kation-kation
5. Adanya konsentrasi
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
1. Pelat kaca kecil
2. Kertas saring atau kain kering
3. Oven pemanggang
4. Kaca besar
5. Pita selatip
6. Gelas piala bertutup
7. Gelas piala 100 ml
8. Kertas saring
9. Cawa petri
10. Tabung pereaksi
11. Pipa gelas kapiler
12. Plat TLC
13. Bejana pengembang
14. Gelas piala
15. Lumpang
16. Pipet tetes
5.2 Bahan
1. Air
2. Metanol
3. Suspensi silika gel
4. Asam aseton
5. Eter
6. Benzena
7. Tablet yang mengandung kafein
8. Kristal iod
9. Petraleum eter
10. Suspensi selulola
11. Contoh daun
12. Kristal Na-Sulfat anhidrat
13. Suspensi kalsium karbonat
14. Sukrosa
15. Suspensi aseton
VI. Prosedur Kerja
6.1 Kromatografi Lapis Tipis
6.1.1 Penyiapan Pelat
1. Dibersihkan pelat kaca kecil dengan air, lalu dengan methanol, dilap dengan kertas atau kain kering,
2. Dikeringkan dalam oven pengering
3. Disusun sebanyak 5 pelat di atas sebuah kaca besar, kemudian direkatkan kedua sisi deretan pelat kecil tadi dengan pita selotip
4. Disiapkan suspense silica gel (bubur silica/slurry) dengan mencampurkan 5 gr bahan dan 10 ml methanol atau air suling dalam gelas piala bertutup.
5. Disebarkan suspense diata pelat dan ratakan suspense keseluruhan permukaan kaca dengan bantuan batang pengaduk. Sedapat-dapatnya hanya satu gerakan dalam menyebarkan suspense diatas pelat, agar diperoleh tebal yang rata.
6. Dikeringkan pelat dalam oven 120ºC sekitar 10 menit.
6.1.2 Penyiapan Bejana
1. Dibuatlah larutan pengembang dengan komposisi methanol : asam asetat : eter : benzene (0,10 : 1 : 3 : 5,9) ml dalam gelas piala berukuran 100 ml
2. Dilapisi dinding dalam gelas piala dengan kertas saring
3. Ditutup gelas piala tersebut dengan cawan petri agar lingkungan dalam bejana jenuh dengan pelarut pengembang.
6.1.3 Penyiapan Contoh
1. Digeruslsh dua buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksilah dengan 5 ml metannol
2. Diletakkan larutan 50 mg kafein standar dalam 1 ml methanol dalam sebuah tabung reaksi kecil.
3. Cairan ekstrak obat maupun larutan zat autentik masing-masing diamoli dengan menggunakan pipa gelas kapiler, lalu dibubuhkan(totolkan) diatas pelat TLC kecil dengan jarak kira-kira 1 cm satu sama lain dan 1 cm dari tepi pelat kaca(lihat gambar).
4. Dikeringkan noda sampel dan standar dengan dryer(ditiup), lalu bubuhkan lagi sampai 3-5 kali dengan setiap kali dikeringkan. Diusahakan membentuk noda pekat yang kecil.
6.1.4 Pengembangan
1. Dimasukkan pelat ke dalam bejana pengembang, dijaga agar jangan noda senyawa tidak terendam dalam larutan pengembang.
2. Dibiarkan proses ini berlangsung sampai garis dapat pelarut mencapai sekitar 1 cm dari tepi atas pelat.
3. Diangkat pelat dari bejana, ditandai garis depan pelarut dengan pensil lunak, lalu keringkan.
4. Dimasukkan pelat kedalam gelas piala berukuran 250 ml yang berisi butiran Kristal iod, dan
5. Ditunggu sampai pelat menampakkan noda.
6. Diangkat pelat dan ditandai segera lingkaran noda dengan pensil
7. Dihitung dan dibandingkan semua Rf yang diperoleh
6.2 Kromatografi Kolom
6.2.1 Penyiapan Sampel
1. 10 lembar daun dilumatkan dengan lumpang dan
2. Direndam selama 1 jam dengan campuran 90 ml petroleum eter (td 60-90ºC), 10 ml benzene dan 30 ml methanol.
3. Disaring lalu diekstraksi dengan air 4 kali 50 ml.
4. Dipisahkan lapisan organic
5. Dikeringkan lapisan ini dengan Kristal Na-sulfat anhidrat.
6. Disaring lagi.
7. Dipekatkan lapisan organic dengan bantuan rotavor sampai volume cairan tinggal beberapa milliliter.
6.2.2 Penyiapan Kolom
1. Disiapkan kolom kromatografi dengan sebuah pipet tetes sambil menunggu rendapan daun
2. Disumbat bagian bawah kolom dengan glass wool
3. Dimasukkan suspense selulosa(dibuat dari 0,5 gr selulosa dalam 10 ml pelarut petrolium eter(PE)). Sehingga timbunan selulosa dalam kolom mencapai 3-4 cm.
4. Dimasukkan suspense kalsium karbonat (1 gr CaCO3 dalam 10 ml PE), juga setinggi 3-4 cm.
5. Dimasukkan suspense sukrosa ( 2gr sukrosa dalam 10 ml PE) membentuk ketinggian 3-4 cm. Selama pengemasan kolom. Pelarut harus terus-menerus diberikan, jangan sampai timbunan penjemp menjadi kering dan udara masuk.
6. Diletakkan guntingan kertas saring diantara dan diatas timbunan penjerap untuk menjaga agar permukaannya tidak terganggu oleh aliran atau sampael yang akan dimasukkan(lihat gambar)
6.2.3 Kromatografi
1. Setelah permukaan pelarut turun mendekati penjerap, dimasukkan larutan sampel setinggi 1 cm.
2. Jika permukaan sampel telah mendekati permukaan penjerap, segera bilas bagian dalam kolom dengan pelarut campuran PE;aseton (6:1)
3. Pelarut harus terus-menerus diteteskan kedalam kolom
4. Pemisahan terjadi terlihat dari sejumblah pita berwarna.
5. Pita oranye bergerak paling cepat, disusul pita hijau, pita kuning dan hijau. Tetesan yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan dapat dipisahkan berdasarkan warnanya.
6. Dihentikan pemberian pelarut bila semua warna telah keluar dari kolom. Apabila pemisahan berlangsung baik, akan tampak pita hijau dari klorofil b pada sukrosa, klorofil a berwarna hijau biru pada sukrosa atau CaCO3. Pita kuning dari xantofil pada CaCO3 dan pita jingga dari karoten pada selulosa.
1. Bagaimana cara mengendalikan harga Rf agar konstan dan apa faktor yang mempengaruhinya?
2. mengapa penuangan eluen dilakukan secara berurutan mulai dr non polar hingga polar
3. Pada vidio, chumber yang digunakan ukurannya berbeda-beda tiap pengujian. Bagaimana pengaruhnya terhadap percobaan tersebut?
2. mengapa penuangan eluen dilakukan secara berurutan mulai dr non polar hingga polar
3. Pada vidio, chumber yang digunakan ukurannya berbeda-beda tiap pengujian. Bagaimana pengaruhnya terhadap percobaan tersebut?