Minggu, 16 Februari 2020


LAPORAN PRAKTIKUM 2
“KALIBRASI TERMOMETER DAN PENENTUAN TITIK LELEH”






DI SUSUN OLEH :
SRI OKTIKA DHIJAH GULTOM
(A1C118085)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020 





Adapun jurnal praktikum dapat dilihat https://tikaexolarmyy46.blogspot.com/2020/02/jurnal-praktikum-kalibrasi-termometer_11.html

VII. Data Pengamatan

7.1 Kalibrasi Termometer


No
Perlakuan
Hasil
1.
Dicampurkan air dan es didalam erlenmeyer, dimasukkan termometer dan dilengkapi sumbat serta diukur suhu bawah termometer
Suhunya 0˚ C
2.
Dimasukkan termometer kedalam aquades yang dipanaskan, diukur suhu awal mendidih sampai tidak naik lagi (konstan)
Suhu Aquades  25˚ C
Suhu awal mendidih
Suhu konstan 100˚ C

7.2 Penentuan Titik Leleh
7.2.1. Penentuan Titik Leleh Senyawa Murni

NoNama SenyawaPelarutSuhu tepat meleleh
( ˚ C )
Suhu meleleh seluruhnya ( ˚ C )
ManualMPAManualMPA
1.Betha-naftolMinyak105˚ C115˚ C
2.NaftalenMinyak78˚ C84˚ C
3.GlukosaMinyak120˚ C162, 72˚ C140˚ C180˚ C
4.Asam BenzoatMinyak98˚ C150˚ C
5.MaltosaMinyak105˚ C107˚ C

7.2.2. . Penentuan Titik Leleh Senyawa Campuran

NoCampuranPerbandingan 1:1Perbandingan 1:3Perbandingan 3:1
tepatsemuatepatsemuatepatsemua
1.Naftalen : Glukosa100˚ C148˚ C148˚ C155˚ C130˚ C146˚ C
2.Glukosa : Betha-naftol130˚ C140˚ C146˚ C150˚ C138˚ C149˚ C
3.Betha-naftol : Asam Benzoat88˚ C92˚ C90˚ C103˚ C85˚ C120˚ C
4.Asam Benzoat : Maltosa110˚ C120˚ C100˚ C155˚ C97˚ C135˚ C
5.Maltosa : Naftalen120˚ C122˚ C110˚ C114˚ C113˚ C115˚ C

7.3 Demosntrasi Titik Leleh dengan  MPA (Melting Point Apparatus)


Perlakuan
Hasil
       Ditentukan titik leleh masing-masing sampel pada pipa kapiler setebal kurang 2mm.Ditentukan mengunakan MPA(Melting Point Apparatus)

1. B-Naftol
  92˚ C-96˚ C
2. Naftalen
  76˚ C-80˚ C
3. Glukosa
     160˚ C-180˚ C
4. Asam Benzoat
     120˚ C-122˚ C
5. Maltosa
    90˚ C-102˚ C


VIII. Pembahasan
            Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai kalibrasi thermometer dan penentuan titik leleh dari beberapa senyawa. Titik leleh merupakan suatu keadaan dimana fasa padat dan fasa cair mengalami suatu kesetimbangan dengan tekanan sebesar 1 atm. Titik leleh dari suatu senyawa dengan senyawa yang lain memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Ada yang memiliki titik leleh yang tinggi dan ada pula yang memiliki titik leleh rendah. Lalu bagaimana suatu zat dapat meleleh ? Suatu zat padat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk kisi-kisi yang teratur yang diikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik.
   Kemurnian suatu zat itu dapat diperhatikan dari titik leleh suatu zat padat. Titik leleh tersebut akan menerangkan dimana ketika suatu kondisi zat yang mengalami perubahan fasa dari yang awalnya adalah padat akan menjadi gas.Dengan adanya selisih suhu menandai kemurnian suatu zat tersebut. Dimana semakin murni zat maka semakin sedikit selisih suhunya.  (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/)

8.1 Kalibrasi Thermometer
            Termometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai derajat panas suatu benda. Termometer sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam mengukur suhu suatu ruangan, suhu tubuh, dan sebagainya. Benda yang memiliki panas akan menunjukkan suhu yang tinggi begitu pula sebaliknya suhu yang rendah menandakan benda tersebut tidak panas. Dalam aplikasinya, tidak semua alat dapat bekerja dengan baik (sesuai yang diharapkan ). Maka dari itu perlunya dilakukan pengujian alat (termometer ) sebelum digunakan. Nah, inilah yang dinamakan dengan " kalibrasi ". Kalibrasi dilakukan dengan pengukuran yang lebih akurat, maka dari itu untuk mencapai hasil yang akurat harus dikalibrasi sebelum digunakan. Tujuan dilakukannya kalibrasi adalah untuk menera atau menguji kemampuan termometer tersebut.  Baik dalam mengukur batas atas termometer biasanya yang diukur itu adalah campuran bubuk es dan juga air. Sedangkan batas atas diuji dengan pengukuran air mendidih. Dan disinilah, kita dapat mengetahui penentuan atau tata cara pengkalibrasian dari sebuah termometer untuk menguji kemampuan dari termometer tersebut sebelum digunakan.
            Pada percobaan pengkalibrasian thermometer ini digunakan es dan air untuk kalibrasi batas bawah dari thermometer. Karena es merupakan wujud padat dari zat cair. Dan termometer yang digunakan oleh praktikan berada dalam kondisi yang baik ataupun tidak rusak Hal ini terbukti ketika praktikan melakukan percobaannya yaitu air. Dengan batas bawah adalah 0oC dan batas atas 0oC . Sedangkan untuk titik didih yaitu digunakan air yang dipanaskan dan diukur suhunya. Kami mendapatkan suhu 100oC yaitu dimana ini merupakan suatu skala tertinggi dari skala celcius.  Syarat air yang digunakan untuk kalibrasi ini yaitu air haruslah murni dan tidak terkontaminasi sebab dapat mempengaruhi keberhasilan kalibrasi tersebut. Sehingga tidak memberikan derajat suhu yang akurat.

8.2 Penentuan Titik Leleh

     Titik leleh adalah suatu keadaan dimana fase padat dan fase cair berada dalam suatu kesetimbangan dengan tekanan 1 atm. Kita dapat menentukan titik leleh suatu senyawa dengan bantuan panas atau kalor. Sesuatu yang meleleh artinya ada perubahan atau transisi dari padat ke cair. Titik leleh suatu zat dengan zat yang lain memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Perlunya dilakukan pengamatan suhu untuk mengetahui, pada suhu beberapa suatu zat tersebut meleleh. Sehingga kenaikan suhu sangat harus diperhatikan pada penentuan titik leleh. 
8.2.1. . Penentuan Titik Leleh Senyawa Murni
          Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan 5 zat yaitu naftalen, glukosa, B-naftol, asam benzoat, dan maltosa dengan semua zat digunakan pelarutnya adalah minyak.  Pertama adalah Betha-naftol ditemukan bahwa suhunya 105˚ C dan ketika meleleh seluruhnya itu pada suhu 115˚ C secara manual. Kemudian Naftalen yaitu merupakan suatu senyawa organik dengan rumus kimia C10H7OH. Senyawa inipun adalah padatan berwarna putih dengan bau yang khas dan terdeteksi oleh indera penciuman. Dengan dilakukannya percobaan didapat suhunya yaitu 78˚ C, dan meleleh secara keseluruhan pada suhu 84˚ C secara manual. 
          Selanjutnya adalah Glukosa yang merupakan zat padat dengan rumus C6H12O6. Glukosa merupakan suatu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa juga merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Dari percobaan yang didapat suhunya adalah 120˚ C (Manual) dan 162, 72˚ C(MPA) dan suhu meleleh seluruhnya itu ketika suhunya140˚ C(Manual) dan 180˚ C(MPA). 
        Kemudian Asam Benzoat adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatic yang paling sederhana. Digunakan sebagai pengawet makanan dan merupakan asam lemah dengan rumus C7H6O7. Pada percobaan praktikan mengamati dan didapatkan suhunya  98˚ C (Manual) serta suhu meleleh seluruhnya itu ketika suhunya 150˚ C(Manual) . Terakhir yaitu Maltosa atau gula gandum dengan rumus C12H22O11. Pada percobaan titik leleh dengan maltosa didapatkan titik lelehnya 105˚ C (Manual) serta suhu meleleh seluruhnya itu ketika suhunya 107˚ C(Manual).

8.2.2. . Penentuan Titik Leleh Senyawa Campuran
1)     Campuran naftalen dengan glukosa 

Untuk campuran naftalen dan glukosa dengan perbandingan 1:1. Campuran dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut diuji titik leleh nya diperoleh hasil yaitu 100°C saat zat mulai meleleh hingga 148°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Untuk campuran naftalen dan glukosa dengan perbandingan 1:3 diperoleh hasil yaitu 148°C saat zat mulai meleleh hingga 155°C saat zat sudah meleleh semuanya. Dan terakhir untuk campuran naftalen dan glukosa dengan perbandingan 3:1 diperoleh hasil yaitu 130°C saat zat mulai meleleh hingga 146°C saat zat sudah meleleh semuanya.

2)     Campuran glukosa dengan Betha-naftol

Untuk campuran glukosa dengan Betha-naftol dengan perbandingan 1:1. Campuran dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut diuji titik leleh nya diperoleh hasil yaitu 130°C saat zat mulai meleleh hingga 140°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Untuk campuran  glukosa dan betha-naftol dengan perbandingan 1:3 diperoleh hasil yaitu 146°C saat zat mulai meleleh hingga 150°C saat zat sudah meleleh semuanya. Dan terakhir dengan perbandingan 3:1 diperoleh hasil yaitu 138°C saat zat mulai meleleh hingga 149°C saat zat sudah meleleh semuanya.

3)     Campuran betha-naftol dengan asam benzoat

Untuk campuran dengan perbandingan 1:1. Campuran dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut diuji titik leleh nya diperoleh hasil yaitu 88°C saat zat mulai meleleh hingga 92°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Untuk campuran betha-naftol dengan asam benzoat dengan perbandingan 1:3 diperoleh hasil yaitu 90°C saat zat mulai meleleh hingga 103°C saat zat sudah meleleh semuanya. Dan terakhir dengan perbandingan 3:1 diperoleh hasil yaitu 85°C saat zat mulai meleleh hingga 120°C saat zat sudah meleleh semuanya.

4)     Campuran asam benzoat dengan maltosa
Untuk campuran dengan perbandingan 1:1. Campuran dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut diuji titik leleh nya diperoleh hasil yaitu 110°C saat zat mulai meleleh hingga 120°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Untuk campuran dengan perbandingan 1:3 diperoleh hasil yaitu 100°C saat zat mulai meleleh hingga 155°C saat zat sudah meleleh semuanya. Dan terakhir dengan perbandingan 3:1 diperoleh hasil yaitu 97°C saat zat mulai meleleh hingga 135°C saat zat sudah meleleh semuanya.
5)     Campuran maltosa dengan naftalen
Untuk campuran dengan perbandingan 1:1. Campuran dimasukkan kedalam pipa kapiler. Kemudian campuran tersebut diuji titik leleh nya diperoleh hasil yaitu 120°C saat zat mulai meleleh hingga 122°C saat zat tersebut sudah meleleh semuanya. Untuk campuran dengan perbandingan 1:3 diperoleh hasil yaitu 110°C saat zat mulai meleleh hingga 114°C saat zat sudah meleleh semuanya. Dan terakhir dengan perbandingan 3:1 diperoleh hasil yaitu 113°C saat zat mulai meleleh hingga 115°C saat zat sudah meleleh semuanya.

Berdasarkan data titik leleh campuran senyawa dapat dilihat bahwa ada apabila suatu senyawa dicampurkan maka akan terjadi perubahan dan perbedaan dari titik leleh dari senyawa tersebut. Hal tersebut tergantung kepada titik leleh dari senyawa yang ditambahkan beserta perbandingan maupun ukurannya. Apabila senyawa yang ditambahkan memiliki titk leleh yang lebih tinggi maka titik leleh dari senyawa tersebut akan naik. Dan begitupula sebaliknya. 

8.3 Demonstrasi Titik Leleh dengan MPA (Melting Point Apparatus)
     Percobaan selanjutnya yaitu penentuan titik leleh yang ditentukan dengan MPA. Dimana titik leleh masing-masing sampel pada pipa kapiler setebal kurang 2mm dengan zat yang digunakan 5 zat yaitu naftalen, glukosa, B-naftol, asam benzoat, dan maltosa. Dimana hasilnya didapatkan suhu oleh masing-masing senyawa (saat akan meleleh hingga seluruhnya meleleh) yakni B-naftol suhunya 92˚ C-96˚ C,  naftalen dengan suhu 76˚ C-80˚ C. Kemudian ada Glukosa dengan suhu 160˚ C-180˚ C. Selanjutnya asam benzoat 120˚ C-122˚ C dan untuk maltosa 90˚ C-120˚ C.

IX. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.  Prinsip-prinsip dasar penentuan titik leleh senyawa murni yaitu dengan melihat temperature dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan 1 atm . pada saat zat dipanaskan energy kinetik dari molekulmolekul akan naik yang menyebabkan molekul bergetar yang artinya pada suhu tertentu ikatan-ikatan molekul akan terlepas dan maka zat padat akan meleleh. Pada saat ikatan meleleh pada saat itulah ditentukan titik lelehnya.
2. Adapun tujuan dilakukannya kalibrasi untuk penentuan titik leleh yaitu untuk menguji kemapuan kerja suatu thermometer yang akan digunakan. Sehingga dapat menera atau menguji kemampuan termometer tersebut, baik dalam mengukur batas atas termometer biasanya yang diukur itu adalah campuran bubuk es dan juga air.
3.   Titik leleh senyawa organik murni yang diamati serta temperatur dimana pelarut murni terjadi hampir sama atau tetap sama meleleh, sedangkan dalam suatu senyawa campuran akan memiliki titik leleh yang bisa lebih rendah maupun lebih tinggi, hal ini terjadi karena adanya komponen lain dalam suatu senyawa. Maka ditentukan dari pengamatan trayek lelehnya.
4.   Makin murni senyawa trayek (range) suhu lelhnya makin sempit atau biasanya tidak lebih dari 1 derajat.

X. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui prinsip dasar penentuan titik leleh senyawa.  
2. Praktikan dapat melakukan  kalibrasi
3. Praktikan mampu membedakan titik leleh senyawa murni dan tidak murni
4. Praktikan dapat mealukan penentuan titik leleh

XI. Pertanyaan Pasca Praktek
1. Apa pengaruh adanya suatu zat pengotor didalam suatu senyawa jika ditinjau dari titik leleh senyawa tersebut ? Dan mengapa pelarut yang digunakan harus minyak ?
2. Mengapa pada penentuan titik leleh senyawa hasil yang didapatkan berbeda, apa yang menyebabkan hasil pengamatannya baik dengan cara Manual maupun MPA berbeda ? Dan manakah cara yang lebih akurat ?
3. Mengapa mulut erlenmeyer harus ditutup dengan gabus/tisu saat kalibrasi termometer ?

XII. Daftar Pustaka
Fredy. 2009. Titik leleh dan titik didih. Jakarta : ITB
Gantina, Intan. 2011. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Hendayana. 2009. Kalibrasi termometer dan penentuan titik leleh. Volume 1 nomor 1. 14  Juni 2009
Oxtoby. 2014. Kimia Dasar 2. Jarta : Erlangga
Susanti. 2013. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik didih-titik leleh dan kelarutan                         senyawa. Jurnal MIPA dan Pembelajaran. Volume 3 nomor 1

XIII. Lampiran


 Vidio praktikum dapat dilihat di https://youtu.be/kglJKQLe8vE


 kalibrasi termometer

penentuan titik leleh naftalen ditambah glukosa

 kalibrasi dengan es

penentuan titik leleh dengan cara MPA











8 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum saya M. Riyo Agung Kurnia. NIM A1C118011 saya akan menjawab pertanyaan no 1. Menurut saya adanya zat pengotor dalam suatu zat akan mempengaruhi penentuan titik leleh zat tersebut. Titik leleh zat tersebut akan menurun tergantung jumlah zat pengotor yang terdapat pada larutan. Titik beku larutan akan turun akibat penambahan zat lain sehingga titik lelehnya turun. Kemudian digunakannya minyak sebagai pelarut disebabkan ada beberapa zat yang mempunyai titik leleh lebih tinggi dari air. Oleh karena nya digunakan minyak sebagai pelarut sebab minyak memiliki titik didih yang lebih tinggi dari pada air

    BalasHapus
  5. Hai Tika...
    Perkenalkan saya Suryani br Nababan NIM A1c118093 ingin mencoba menjawab permasalahan pada no 3 dimana pada percobaan di gunakan gabus ataupun tisue yang menutupi mulut tabung erlemenyer berguna sebagai penyumbat agar tekanan pada ruang erlemenyer lebih stabil.
    Semoga membantu.terimakasih

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Assalamualaikum wr wb
    Saya Rismayanti (A1C118007)
    Saya akan menjawab pertanyaan no 2
    Jadi alasan kenapa titik leleh senyawa yang ditentukan dengan cara manual dan MPA itu berbeda bisa jadi dari kesalahan praktikan yang kurang teliti mengamati sampel ketika mulai meleleh pada metode manual.
    Dan metode MPA lebih akurat dari pada metode manual.
    Terima kasih
    Wassalamualaikum wr wb

    BalasHapus

JURNAL PRAKTIKUM “KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM” DI SUSUN OLEH : SRI OKTIKA DHIJAH GULTOM ...