LAPORAN PRAKTIKUM
“PEMURNIAN ZAT PADAT”
LAPORAN PRAKTIKUM
“PEMURNIAN ZAT PADAT”
VII. Data Pengamatan
7.1. Prosedur Percobaan Rekristalisasi
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Dimasukkan dan dipanaskan air suling 50 ml kedalam gelas kimia
|
Terbentuk gelembung-gelembung
|
2
|
Dimasukkan 0,5 gram (asam benzoat + glukosa +arang) dilarutkan dengan air panas
|
Larutan berwarna hitam
|
3
|
Disaring dengan kertas saring
|
Warna larutan menjadi jernih
|
4
|
Dijenuhkan dengan memasukkan larutan yang berada di dalam gelas kimia dalam air es
|
Terbentuk kristal berwarna putih mengkilap
|
5
|
Diuji dengan titik leleh dan dibandingkan dengan data hanbook
|
Titik leleh 100, 3˚ C
|
7.2. Sublimasi
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Dimasukkan 1-2 gr naftalen tercemar dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang telah dibuat lubang kecil
|
Zat telah tidak murni karena tercemar oleh pasir
|
2
|
Disumbat corong dengan gelas wool atau kapas dan dipanaskan pada nyala api
|
Adanya uap naftalen pada corong karena telah menyublim
|
3
|
Dihentikan pembakaran dan dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan diuji dengan titik leleh dan bentuk kristalnya
|
Adanya zat yang menguap pada kertas saring
Titik leleh 92˚ C
|
VIII. Pembahasan
Pemisahan dan pemurnian adalah panas pemisahan dua zat atau lebih yang saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercampur. Pada percobaan kali ini praktikan melakukan percobaan dengan judul pemurnian zat padat yaitu diantaranya kristalisasi, destilasi dan sublimasi serta rekristalisasi dan ekstraksi. Tetapi yang praktikan lakukan adalah rekristalisasi dan sublimasi. Prinsip pemisahan dan pemurnian zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan pelarut dingin, kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan kristal yang identik dan teratur bentuk sesuai dengan kristal senyawanya.
8.1. Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan, dimana zat tersebut dalam satu pelarut. Kemudian dilakukan kristalisasi kembali. Cara semacam ini bergantung pada kelarutan zat dalam sejumlah pelarut tertentu di saat suhu diperbesar atau dengan menaikkan karena konsentrasi total. Impurti biasaya lebih kecil dari kosentrasi zat yang dimurnikan ketika dingin maka konsentrasi impurti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap. Tahap-tahap dalam rekristalisasi yaitu pelarut, penyaringan pemanasan dan pendinginan. Beberapa syarat pelarut yang baik untuk rekristalisasi antara lain yaitu memiliki daya pelarut yang rendah serta menghasilkan kristal yang baik dan senyawa yang dimurnikan. Dapat melarutkan senyawa lain, mempunyai titik didih relatif rendah dan pelarut tidak bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan tersebut.
Di praktikum kali ini hasil yang didapatkan oleh praktikan yaitu ketika dimasukkan dan dipanaskan air suling 50 ml kedalam gelas kimia akan terlihat gelembung-gelembung. Kemudian dimasukkan 0,5 gram (asam benzoat + glukosa +arang) dilarutkan dengan air panas larutan akan menjadi warna hitam dan ketika disaring warnanya jernih. Setelah itu dijenuhkan dengan memasukkan larutan yang berada di dalam gelas kimia dalam air es maka akan terbentuk kristal berwarna putih mengkilap. Jika belum terbentuk kristal maka dijenuhkan dengan cara penguapan agar endapan dapat terbentuk dengan mudah menggunakan kertas saring yang selanjutnya dilakukan pengujian titik leleh, titik lelehnya diperoleh sebesar 100,3˚ C.
Suatu endapan yang diperoleh akan mudah disaring dan dicuci tergantung ukuran kristalnya sendiri. Dan faktor yang penting yaitu laju pembentukan kristal. Yang bergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan, karena makin tinggi derajat lewat jenuhnya maka makin besar pula kemungkinannya untuk membentuk suatu inti yang baru. Asam benzoat yang digunakan dalam percobaan ini merupakan asam benzoat yang telah tercemar. Karena itu dilakukan pemurnian supaya terbebas dari zat pengotor melalui pemanasan bersama pelarutnya. Pelarut yang digunakan adalah air karena titik didih air lebih rendah dan mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk.
Penyaringan dalam percobaan ini bertujuan untuk memisahkan antara zat yangtelah larut dengan zat pengotornya agar diperoleh zat lebih murni, supaya hasilnya maksimal maka digunakan alat yaitu corong buchner. Kemurnian suatu zat itu ditentukan oleh rendaman yang diperoleh maka semakin tinggi rendaman suatu zat maka tingkat kemurniannya semakin tinggi.
8.2. Sublimasi
Sublimasi merupakan suatu proses perubahan zat padat menjadi uap dan uap akan terkondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fasa cair. Pada percobaan kali ini digunakan bahan naftalen atau kapur barus yang digunakan dalam proses sublimasi. Naftalen yang masih dalam bentuk kristal dipanaskan hingga melewati perubahan fasanya. Naftalen mudah diisolasi dikarenakan senyawa menyublim dari larutan menjadi serpihan kristal tidak berwarna dan memiliki titik leleh 92. Saat dimasukkan 1-2 gr naftalen tercemar dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang telah dibuat lubang kecil zat tidak murni lagi karena telah tercemar oleh pasir.
Selanjutnya ketika disumbat corong dengan gelas wool atau kapas dan dipanaskan pada nyala api akan terbentuk adanya uap pada naftalen karena telah menyublim tadi. Selanjutnya saat dihentikan pembakaran dan dikumpulkan zat yang ada pada kertas saring dan diuji maka adanya zat yang menguap pada kertas saring dan titik lelehnya diperoleh sebesar 92˚ C.
Apabila titik leleh kristal naftalen tidak mencapai (80-82) maka zat yang diperoleh belum benar. Adanya hasil sublimasi yang kurang murni diakibatkan oleh pengaruh lingkungan terutama tekanan didalam laboratorium. Sublimasi dapat terjadi bila terdapat zat padat dengan tekanan uap yang relatif tinggi pada suhu bawah titik lelehnya. Jika tekanan uap pada laboratorium berbeda dengan tekanan uap naftalen juga akan berubah yang menyebabkan tidak semua pengotor dipisahkan dari naftalen.
IX. Pertanyaan Pasca Praktek
1. Mengapa saat menyaring campuran dengan corong Buchner, campuran tersebut harus disaring dalam keadaan panas ?
2. Apa yang menyebabkan pada percobaan rekristalisasi yang dilakukan oleh praktikan diperoleh jumlah kristal sedikit?
3. Pada percobaan sublimasi mengapa corong harus disumbat dengan gelas wool atau kapas?
3. Pada percobaan sublimasi mengapa corong harus disumbat dengan gelas wool atau kapas?
X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Pemurnian zat padat dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi, destilasi, ekstraksi, pelarut dan penukaran ion.
2. Pelarut yang digunakan adalah air karena titik didih air lebih rendah dan mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk.
3. Prinsip pemisahan dan pemurnian zat padat adanya perbedaan kelarutan zat padat dalam pelarut murni maupun pelarut campuran.
4. Rekristalisasi merupakan suatu cara untuk memisahkan campuran zat padat dengan zat cair dengan 2 kali proses pengkristalan.
XI. Manfaat
Adapun manfaat dari percobaan ini adalah :
1. Dapat melakukan kristalisasi dengan baik
2. Dapat memilih pelarut apa yang sesuai dengan reksristalisasi
3. Praktikan biss menjernihkan serta menghilangkan warna larutan
4. Praktikan mampu memisahkan campuran dengan cara rekristalisasi
XII. Daftar Pustaka
Arsyad, Ari. 2008. Ekstraksi Senyawa Organik. Bandung : ITB
Puguh. 2009. Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsentrat Vitamin E dan Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Vol 1 No 1
Svehla. 2005. Kimia Organik I. Jakarta : Erlangga
Syukri. 2006. Kimia Organik I. Jakarta : Erlangga
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/
XIII. Lampiran
Ø Jurnal percobaan sebelumnya dapat dilihat di https://tikaexolarmyy46.blogspot.com/
Ø Vidio percobaan dapat dilihat di https://youtu.be/1IFrZW83Su0
penyaringan campuran
dipanaskan 50 ml air suling hingga timbul gelembung
asam benzoate tercemar
pengeluaran kristal dari corong
pengujian titik leleh
Assalamualaikum Warohmatullahhi wabarokatuh
BalasHapusSaya Nisa Aprylina NIM A1C118044 akan menjawab pertanyaan nomor 3
Corong yang harus disumbat dengan Woll adalah agar uap yang menyumblim dari naftalen yang telah diberi zat pengotor tidak menyebar sehingga bisa terbentuk kristal pada corong tersebut.dan kita bisa lebih mudah mengamati kristal yang terbentuk tersebut.
Sekian, semoga bermanfaat, terima kasih
Wassalamualaikum Warohmatullahhi wabarokatuh
Assalamualaikum wr wb
BalasHapusSaya Rismayanti NIM A1C118007
Saya akan menjawab pertanyaan no 1
Jadi Kenapa saat menyaring campuran dengan corong Buchner, campuran tersebut harus disaring dalam keadaan panas. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat endapan pada saat proses penyaringan karena pada zat murni biasanya pada suhu yang lebih rendah dari pelarutnya lebih mudah membeku.
Terimakasih
Wassalamualaikum wr wb
assalamualaikum wr, wb.
BalasHapushallo Sri, saya dwi kartini nim 058, akan mencoba menjawab pertanyaan Sri nomer 2, menurut saya kristal yang dihasilkan sedikit karena kristal yang dihasilkan merupakan kristal yang lebih murni dari kristal sebelumnya. selain itu bisa jadi beberapa zat tertinggal pada tahap-tahap yang dilalui. terimakasih